Sabtu, 02 Juni 2018

Disleksia oh Disleksia

Pertama Mengenal Disleksia adalah saat menonton film kesayangan sepanjang hidup yaitu Bolywood. film berjudul Taare Zameen Par saat ini menjadi Film ternama dikalangan para penekun bidang parenting. Gimana nggak, hampir setiap ibu zaman now pasti tau film yang di produseri sekaligus disutradarai sendiri oleh bintang utamanya Aamir Khan. terkadang film ini menjadi salah satu pembelaan saat Ananda terlambat bisa membaca (yaa...meskipun sebenarnya setiap anak itu unik).

Seusai menonton film bertajuk "Laksana bintang di Bumi" (nyoba di indonesiakan), rasa penasaran membuncah di dada. dimulai dengan Browsing di Internet (tahun 2007 internet dah canggih bo) dan mencoba mencari ke perpustakaan kampus. sayang ga nemu, akhirnya dapat alasan buat turun gunung dan masuk ke perpusda Jawa Tengah. hampir dua jam di perpus ngublek2, ga nemu juga tuh buku. Soo saat itu yang dipahami, Disleksia adalah sebuah kelainan yang mana penderita kesulitan membaca, yaa...hanya itu tak lebih. Namun ternyata impact film itu luar biasa lho..terbukti disleksia mulai dapat tanggapan dari khalayak. Para ibu mulai berpikir "jangan- jangan anakku disleksia nich?" saat sang anak mulai kesulitan membaca/ belajar membaca, hmm...padahal ga  gitu2 amat sich.

Beruntungnya, Tahun 2014 saat lagi jalan2 kerumah salah seorang saudara nemu buku ttg A to Z diskleksia. Nah dari tu buku akhirnya jadi paham kalau Disleksia itu berasal dari bahasa Yunani, kata Dys yang berarti kesulitan dan leksia yang berarti kata- kata. kalau digabung disleksia berarti kesulitan mengolah kata2 (Disleksia, 2012).

Sementara itu, menurut dr. Kriatiantini Dewi, Sp.A. disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengkode simbol. Kalat (2009) dalam buku berjudul Biological Psychology mendefinisikan Disleksia sebagai gangguan membaca yang spesifik pada seseorang dengan penglihatan dan kemampuan akademis yang memdai. Gangguan ini terjadi karena kondisi otak yang tidak bisa mengenali dan memproseskan simbol- simbol tertentu.

Para penderita disleksia, memeliki kesulitan dalam membaca suatu kata dan menganggap kata- kata tersebut berbentuk lain dari bentuk normal. Aspek abnormal dari penderita disleksia ini adalah otak, bukan gangguan penglihatan ataupun rendahnya intelegensi (nanti kita bahas ya banyak orang hebat yang ternyata disleksia) karena dengan penanganan khusus, hambatan yang mereka alami bisa diminimalkan.

lantas apa saja ya tanda- tanda, gejala disleksia itu?. Sebelum ketanda- tanda dan gejala kita ke macam disleksianya dulu yuk. Terdapat dua macam Disleksia yaitu Development dyslexia dan acquired dyslexia. Development Dyslexia  merupakan bawaan sejak lahir. Hal ini dikarenakan genetis atau keturunan. Penderita Disleksia akan membawa kelainan seumur hidupnya dan tidak bisa disembuhkan. Tidak hanya mengalami kesulitan membaca, mereka juga mengalami hambatan mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain.

Acquired dyslexia adalah gangguan membaca yang berkembang setelah seseorang mengalami kecelakaan atau stroke yang mengakibatkan cidera otak sebelah kiri (kalau naik motor ingat pakai helm ya). Namun para Ahli lain membagi disleksia menjadi tiga jenis.
1. Disleksia Trauma, yaitu merupakan hasil dari beberapa jenis cidera otak atau trauma, terutama cidera otak pada bagian yang menguasai kemampuan untuk membaca dan menulis. Jenis Disleksia ini permanen, namun jarang ditemui karena hanya terjadi jika luka kepala sangat parah

2. Disleksia Primer, yaitu disleksia yang disebabkan oleh kerusakan pada sisi kiri otak (Cerebral cortex) dan tidak membaik seiring usia. Ini merupakan kondisi herediter yang ditemukan lebih banyak pada anak laki- laki daripada anak perempuan. Mereka tidak bisa membaca hingga kelas empat (4) bahkan terus mengalami kesulitan membaca, menulis dan mengeja hingga dewasa

3. Disleksia sekunder/ perkembangan, yaitu kondisi disleksia yang disebabkan karena hormonal, kekurangan gizi selama awal perkembangan janin atau perawatan yang tidak tepat selama tahun- tahun awal kehidupan. disleksia sekunder tidak dianggap sebagai kondisi serius jika kesulitan berangsur berkurang pada saat penderita tumbuh dewasa.

Setelah tadi jenis- jenis disleksia maka selanjutnya adalah klasifikasi Disleksia (Meita, 2012)
1. Disleksia Diseidetis atau visual, hal ini disebabkan adanya gangguan fungsi otak dibagian belakang yang dapat menimbulkan gangguan persepsi visual dan memori visual. contohnya, seseorang mengalami kesulitan membaca atau menulis  huruf yang bentuknya mirip sehingga sering terbalik. Huruf M dan W, u dan n  dan lain sebagainya

2. Disleksia verbal atau linguistik, hal ini sering dijumpai dan setengahnya dilatarbelakangi disfasia (gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan  perkembangan kemampuan anak seharusnya) pada masa sekolah. Hal ini ditandai dengan kesukaran dalam diskriminasi atau persepsi auditoris sehingga seseorang sulit dalam mengeja atau menemukan kata maupun kalimat

3. Disleksia Auditories, terjadi akibat gangguan dalam koneksi visual- auditif sehingga proses membaca terganggu atau lambat. dalam hal ini bahasa verbal dan persepsi visualnya baik.

Meita (2012), dalam bukunya yang berjudul "Semua hal yang harus diketahui tentang disleksia" mengutip dari laman www.dyslexia- indonesia.org tentang masalah- masalah yang sering dialami penderita. Yaitu:
1. Masalah Fonologi, yaitu mengalami kesulitan memahami hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. misalnya mereka kesulitan membedakan paku dengan palu atau mereka keliru memahami kata- kata yang mempunyai bunyi hampir sama misalnya; lima puluh dengan lima belas. kesulitan ini tidak disebabkan oelh masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak

2. masalah mengingat perkataan, sebagian besar penderita disleksia mempunyai level kecerdasan normal atau bahkan diatas normal, namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman- temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah "temanku disekolah" atau " temanku yang laki laki itu". mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, namun mereka akan kesulitan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang sederhana

3. masalah penyusunan yang sistematis dan berurut, penderita disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan, misalnya susunan Jadwal, susunan Abjad, susunan bulan dalam setahun bahkan daftar instruksi

4. masalah ingatan jangka pendek, penderita disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu. Misal seorang ibu menyuruh anaknya yang disleksia "simpan tas dikamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun kebawah lagi untuk makan siang bersama ibu dan ingat bawa buku PR matematikamu ya" maka kemungkinan besar sang anak tidak melakukan seluruh intruksi dengan sempurna karena ketidakmampuannya mengingat seluruh kalimat sang ibu

5. masalah pemahaman sintaksis, penderita disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang memiliki tata bahasa berbeda. penderita disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. misalnya bahasa indonesia tata bahasanya diterangkan- menerangkan sementara bahasa Inggris menerangkan- diterangkan.

Selain kelainan dalam hal baca membaca serta memahami kata, penderita disleksia juga bisa mengalami gangguan perilaku seperti Syndrom Irlen yaitu kondisi penderita yang peka terhadap panjang gelombang tertentu dari cahaya yang memproses visual atau pandangan. Gangguan lain yang mungkin timbul beruba hiperaktifitas. terjadi diantara 12%- 24% dari anak- anak dengan disleksia.





be Kreatif

Ahai,, sesuai dengan Judul di atas kali ini kita akan cerita sedikit tentang bagaimana menjadi kreatif. ini sebenarnya judul buat Jurnal Fa...