Sabtu, 27 Oktober 2018

Hanya sekedar Ingin atau Butuh?

Biaya hidup itu Murah, gaya hidup yang mahal. Nah Lo pernah dengar atau baca tentang hal ini?. Ternyata yang mahal itu gaya hidup apalagi kalau ditambah kita hanya ngikutin trend yang ada, hmm tambah mahal lagi pasti gaya hidupnya.

Saat kita memutuskan untuk membiayai gaya hidup saat itulah sebenarnya kita mulai masuk ke perangkap finansial. Gimana nggak, memutuskan membiayai gaya hidup berarti kita akan selalu berpacu dengan tren yang ada, sementara pendapatan kita belum tentu memiliki laju yang sama dengan perubahan tren.

ketika kita lebih memilih membiayai gaya hidup saat itu kita berada di posisi tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. hmm...bener banget bahkan sampai saat saya membaca beberapa buku untuk menuliskan ini saya baru bener- bener paham beda keinginan dan kebutuhan. Segera setelah itu mengosongkan keranjang belanja di beberapa E-Commers😂.

Meskipun memang, kebutuhan dan keinginan seseorang itu pada dasarnya bisa berbeda-beda sesuai dengan profesi dan situasi. Sebagai contoh, seorang pelajar mau memiliki produk laptop terbaru buatan Apple hanya untuk membuatnya terlihat keren. Itu bisa kita sebut sebagai keinginan, karena pada dasarnya manfaatnya tidak terlalu banyak bagi dia. Namun, ketika produk yang sama itu dibeli oleh para programmer, desainer, disc jockey, dan profesi lain yang membutuhkan produk laptop berkempuan mumpuni, tentu itu bisa disebut sebagai kebutuhan (Cermati, 2015).

Jadi apa tuh beda Kebutuhan dan keinginan?. Secara bahasa, kebutuhan adalah segala hasrat yang timbul dalam diri manusia yang jika tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Barang yang termasuk dalam kelompok kebutuhan juga memberikan aspek psikologis yang menjadi dasar atau alasan makhluk hidup dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Sebab, pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya (Cermati, 2015)

Sementara Keinginan adalah segala kebutuhan lebih terhadap barang ataupun jasa yang ingin dipenuhi setiap manusia pada sesuatu hal yang dianggap kurang. Keinginan tidak bersifat mengikat dan tidak memiliki keharusan untuk segera terpenuhi. Keinginan lebih bersifat tambahan, ketika kebutuhan pokok telah terpenuhi (Rahmani, 2017).

Mengelola kebutuhan dan keinginan pada dasarnya dapat dibilang tidak mudah. Dimana dalam kegiatan sehari-hari adanya suatu kebutuhan dan keinginan ini menjadi hal yang mampu mendorong agar dapat mencukupi kebutuhan dan keinginannya tersebut. 

Anggarsari (2017), memberikan beberapa tips tentang pengelolaan kebutuhan dan keinginan;

1. Mengendalikan diri
Untuk mengelola kebutuhan dan keinginan maka Anda perlu mengendalikan diri. 

Mengendalikan diri ini dapat dilakukan seperti menanamkan dalam diri Anda bahwa sebenarnya untuk mengelola kebutuhan dan keinginan tersebut adalah diri Anda sendiri, bukan sebaliknya. 

Sehingga jika Anda dikendalikan oleh kebutuhan dan keinginan maka nantinya akan sulit mengontrol pengeluaran dan akan terjebak pada perilaku konsumtif. 

Dimana perilaku konsumtif ini membuat Anda akan lebih sering mengeluarkan uang untuk hal yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Maka dari itu, mampu mengendalikan diri ini merupakan kunci utama dalam mengelola kebutuhan dan keinginan.

2. Membuat daftar kebutuhan
Dalam membuat daftar kebutuhan merupakan hal penting yang harus dilakukan. Mengingat dengan melakukan hal ini dapat sangat berguna dalam mengelola kebutuhan dan keuangan Anda. 

Tetapi yang perlu diingat bahwa dalam membuat daftar kebutuhan adalah dengan memprioritaskan yang benar-benar dibutuhkan seperti makanan, transportasi, air, keperluan untuk menunjang kesehatan, dan sebagainya.

Selanjutnya dari daftar kebutuhan yang telah dibuat tersebut susunlah rincian biaya yang harus dikeluarkan. Ketika biaya yang akan dikeluarkan masih memiliki sisa maka dapat dimanfaatkan untuk hal lain seperti menabung atau membeli keinginan yang dirasa perlu.

3. Membuat daftar keinginan
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa lebih penting dalam memenuhi kebutuhan terlebih dahulu baru setelah itu memenuhi keinginan. Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak perlu membuat daftar keinginan.

Mengingat hal ini juga bermanfaat untuk mendorong semangat dalam bekerja dan mampu untuk lebih mengelola kebutuhan dan keuangan. Sama halnya seperti membuat daftar kebutuhan, dalam membuat daftar keinginan pun juga perlu memperhatikan skala prioritas.

4. Berfikir rasional dan tidak mengutamakan gengsi
Setelah membuat daftar kebutuhan dan keinginan dan ternyata masih terdapat dana yang tersisa maka dapat digunakan untuk menabung atau membeli keinginan yang lain. 

Tetapi yang perlu diingat bahwa Anda harus cermat dalam melihat dan memilih keinginan seperti apa yang akan dibeli. Jika tidak begitu perlu maka pertimbangkanlah untuk hal-hal yang mungkin lebih membutuhkan dana tersebut. Selain itu, jangan mencoba untuk mengejar gengsi. Seperti yang terjadi saat ini banyak orang yang ketika membeli sesuatu mereka lebih memilih mengutamakan merek yang terkenal agar lebih berkelas dan bergengsi yang biasanya ini didukung dengan harga yang lebih mahal. 

Hal seperti itu pada dasarnya tidak menjadi masalah asalkan produk yang dibeli memiliki keunggulan dari segi kualitas. Akan tetapi jika kondisi keuangan tidak mendukung sebaiknya tidak memaksakan untuk membelinya, dan cobalah untuk membeli produk sesuai dengan kemampuan atau menabunglah terlebih dahulu.

5. Mengontrol emosi dan hindari hal yang tidak perlu 
Rasa keinginan yang begitu besar sering kali membuat emosi seseorang tidak terkontrol dan tidak berfikir panjang terhadap dampak yang diakibatkan. Begitu juga saat berbelanja, sering kali tidak memikirkan dampak yang akan terjadi. Oleh karena itu sebelum membeli sesuatu sebaiknya menetralkan emosi terlebih dahulu dan pertimbangkan apa yang akan terjadi untuk selanjutnya. 

Selain itu, sebaiknya menghindari hal yang tidak perlu dilakukan menjadi bagian yang penting dalam mengelola kebutuhan dan keinginan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa lebih baik mengutamakan yang benar-benar perlu daripada yang tidak perlu. Sehingga hal itu pun dapat mengamankan kondisi keuangan Anda.

Nurul (2015) dalam bukunya juga menuliskan bahwa kita sebagai seorang Muslim sebaiknya bersikap tidak berlebihan, dicontohkan dijaman Rasulullah dulu ada umat bernama Jabir yang boros dalam memanfaatkan air saat wudhu. Saat itulah Rasulullah memperingatkan Jabir "Mengapa Engkau berlebih- Lebihan?" Jabir menjawab "apakah di dalam berwudhu tidak boleh berlebihan wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab "ya, janganlah engkau berlebih- lebihan ketika wudhu meskipun engkau berada pada air sungai yang mengalir" (Muttafaq-'alaih). Masih dalam tulisan Nurul (2015). Untuk berwudhu sebelum sholat aja kita dilarang memboroskan air walaupun kita berada di tempat yang berlimpah air. Apalagi untuk hal- hal yang tidak begitu penting. Misalnya kaki hanya dua, namun mengapa sepatu memenuhi rak bersusun Empat? 

Ah mba Nurul, engkau menampar saya sangat keras. Hihi... Sambil lirak2 rak sepatu yang penuh sesak sepatu warna- warni. Yaa... Meskipun bukan bermerk bahkan sangat murah (100K/3 pasang) tapi kok hati saya ikut tersentil ya?. Ga hanya itu, jam tangan Hello kitty yang berbaris manis di Meja rias ikut mengusik, apalagi tas 50Rbuan rapi tergantung di sisi lemari turut serta berteriak. 

Hmm... Sebenarnya tidak sesuai ya dengan salah satu alasan tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan kalau dilihat dari harga barang, bukan barang mahal dan bermerk. Alasan beli juga bukan karena ngikutin tren, jadi... Sepertinya lebih kepada bakat input, ingin punya segalanya. 

Perlu niat kuat untuk berubah. Langkah awal sudah dimulai dengan saya mulai mengosongkan keranjang belanja di Shopee dari 120 item berhasil tersisa 5 barang saja yang bener2 merupakan kebutuhan, yang lain hanya barang karena "keinginan" yang diperkuat ama Bakat input. Buktinya beberapa barang dikeranjang yang akan dibeli (tapi menunggu harga turun) tidak ada drumahpun kehidupan saya masih berjalan dengan baik. 

Alhasil kudu mulai step2 berikutnya untuk mengurangi tumpukan barang "keinginan" agar lebih bermanfaat ditangan orang lain. 


Daftar Pustaka:



Anggarsari, Fitri 2017. Mengelola Kebutuhan dan Keinginan. (Online). tersedia https://zahiraccounting.com/id/blog/mengelola-kebutuhan-dan-keinginan/ yang diakses pada (28 0ktober 2018 pukul 04.50)

Cermati. 2015. Mengelola Kebutuhan dan Keinginan, Terdengar mudah tapi sulit. (Online). tersedia https://www.cermati.com/artikel/mengelola-kebutuhan-dan-keinginan-terdengar-mudah-tapi-sulit-1 yang diakses pada (27 Oktober 2018 pukul 04.00)

Chomaria, Nurul. 2015. Cerdas Finansial a la Keluarga Muslim. Jakarta. PT Elex Media Komputindo

Rahmani, Ani. 2017. Pengertian Kebutuhan, keinginan dan Perbedaannya. (Online). tersedia https://www.jurnal.id/en/blog/2017/pengertian-kebutuhan-keinginan-dan-perbedaannya yang diakses pada (27 Oktober 2018 pukul 04.00)














Melatih kemandirian

Sesuai kesepakatan diantara Yan-Si, maka level dua kali ini adalah giliran ibu Peri yang bertugas. Sementara saya mengambil peran sebagai Partner rasa sekretaris😁, ngurusin A to Z file kerja BunSay Ready.

Dan kok ya ngepasi banget pas itu jadwal Offline di kota sangat padat, sampai2 sekedar ngintip kelas aja kudu ngibarin bendara putih. Lha gimana nggak ngibarin bendera putih tertinggal satu sesi sudah kudu ndlosor 900an chat belum kalau tidak sengaja terpencet, Kudu ambil ilmu sang Monyet, alias manjat😂.

Akhirnya lewatlah keseruan kelas.. Parahnya ga hanya terlewat keseruan di bunSay Ready aja tapi juga di kelas Fasil alhasil fungsi bekupku ikut mlempeng. Terlebih soal Aliran Rasa yang kami berdua bener2 khilaf melewatkan. Tapi tetep kita minta bikin Aliran Rasa dan kaki tunggu sampai Senin upst nyundul materi level 3 donk? Ya gpp lah
.
Itung2 pelajaran untuk kami berdua. Bersyukur banget dipasangkan dengan ibu Peri.. Yang ditengah kesibukannya pelatihan di Malang masih siaga di kelas. Sementara saya yang niatnya selonjoran di pojokan malah bablas lantaran mas D pun meminta perhatian yang lebih banyak beberapa minggu terakhir imbasnya ya... Bye.. Bye... Sementara, Online. Kami banyak bermain. Namun tetep saat2 terakhir mengerjakan tugas partner rasa sekretarisnya. Mulai ngejar2 para keepers buat melengkapi file kerja. Mulai nyicil KHS jauuh sebelum mas D bangun. Agar tugas selesai dan mas D ga cranky.

Kalau dengan Guardian, meskipun bisa bekup tapi ga bisa seseru kalau berdua gini.. Pan bekupnya kudu bener2 saat emergency ga bisa berbagi peran. Hampir bisa dikata kehadirannya ada dan tiada. Begitulah kira2 status saya di BunSay Gabungan dua dimana saya menjadi beautiful Guardian Angelnya budhe Ta😆

Ditambah lagi, step2 pengantar di GC juga kok tiba2 raib, padahal kami sangat terbantu dengan itu. Ya.. Paling tidak kalau butuh bukti (menjadikan assigment) pilih sesuatu yang bisa dihandle langsung oleh para Fasilnya.

Dan satu lagi, menyelesaikan tugas di tim kreatif di awal membuat saya kurang Aware terhadap Progres🤐 tapiiii... Bukan berarti alasan untuk menunda lho ya.

Aaah... Level dua ini banyak pelajaran untuk diri saya sendiri  terlebih tentang melatih kemandirian untuk belajar tanpa harus disisipi tugas sebagai Fasilitator.


be Kreatif

Ahai,, sesuai dengan Judul di atas kali ini kita akan cerita sedikit tentang bagaimana menjadi kreatif. ini sebenarnya judul buat Jurnal Fa...