Peda tengah berjalan mengitari ruangan. Tampak maman sedang duduk didepan pintu masuk Istana. "Awas...awas..." teriak Peda. Maman tak bergeser sedikit pun maju mundur Peda mencoba membelokkan stangnya. Hingga akhirnya mas D yang berteriak "Maman, awaas" "lho kok Awas mas?" jawabku. "Iya, D lewat" jawab mas D sambil mendorong masuk Peda hingga menabrakku. "Maman, Awas" ujar mas D lagi dan sekuaat tenaga mendorong sepedanya masuk. "Ada password nya mas, supaya Maman minggir, mas D tau?" jawabku seraya menutupi pintu dengan kedua tangan terbuka. "Hmm...." mas D berpikir sambil bertanya pada Peda "tau?" Peda menggeleng- gelengkan kepala isyarat tidak tau. Mas D menghampiri Kira yang sedang duduk di pojokan "Ra, tau?" tanya mas D "tau donk" jawab kira kali ini peranku. "Apa?" tanya mas D "Permisi" jawab Kira
"Oh iya" teriak mas D seolah baru mengingat hal tsb.
"Mihi" ucap Mas D selaku sepeda. Akupun lalu bergeser memberi Peda dan mas D jalan.
"Mas...asyiik ya kalau kita ucap Passwordnua buat lewat? Jadi ga perlu teriak2 pasti dikasih jalan. Tapii kalau sdh permisi dan ga boleh lewat, mas D ga boleh maksa?" terangku kemudian.
"Maahi" ucap mas D berlalu menuntun Peda masuk ke kamar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar