Minggu, 09 Februari 2020

be Kreatif

Ahai,, sesuai dengan Judul di atas kali ini kita akan cerita sedikit tentang bagaimana menjadi kreatif.
ini sebenarnya judul buat Jurnal Fasilitatorku Level 9. Tapi, karena beberapa bulan terakhir disapa Glukoma akhirnya semua tugas di rapel malam ini. maafkan ya Tim Coco.

Baiklah karena sebenarnya level ini aku juga sedang tidak bertugas maka aku banyak berada dibelakang layar. tapi meskipun dibelakang Layar aku berusaha untuk tetap mengikuti Coaching class. Dimalam Coaching class aroma Kreatif sudah sangat tampak dimulai dengan postingan gambar dari Coach yang mana para peserta diminta untuk menuliskan persepsi masing- masing tentang gambar yang di posting. Seru ...menarik dan ga sabar buat ngikutin proses belajar di kelas yang akan ditemani Teh Mekar.

Namun, apadaya malam saat jadwal materi tiba justru aku harus berdamai dengan Glukoma. dan karena mas Era keluar kota, otomatis Mimi dan Pipi menjadi khawatir dan menjemputku untuk pulang kerumah. karena semua persiapan dibantu, alhasil hape perkuliahanpun tertinggal.

malam saat materi, tetiba ketua kelas Wa dan mengabarkan jika Teh mekar belum bisa dihubungi untuk mengisi materi malam itu. nah saat inilah aku sadar kalau hape perkuliahan tidak terbawa, alias tertinggal. oh No bingung donk gimana mau bantu ngisi dikelas. Alhamdulillah tiba- tiba ponsel komunitas berdering dan tampak Wajah ganteng kekasihku. setelah percakapan singkat yang intinya minta tlg untuk di gosendkan hape perkuliahan aku kembali mencoba menghubungi teh mekar. Namun ternyata tak berhasil juga. Syukur Alhamdulillah ketua kelasku sangat gercep dan kreatif sehingga kelaspun diisi dengan chit chat hal kreatif apa saja yang pernah dilakukan oleh peserta Kelas. tepat pukul 22 handphone sampai ketanganku, namun sangat tak mungkin jika memulai kelas sudah terlalu malam. akhirnya malam itu kelas tidak ada materi namun Alhamdulillah tetap diisi hal2 yang dapat memicu kreatifitas.

pagi hari saat mengecek Sms, rupanya teh Mekar ngabari kalau semalam terjebak hujan besar dan kehilangan sinyal sehingga minta jadwal kelas  dimundurkan esok paginya. namun sayang aku bacanya telat. Tapi pas pagi ngecek kelas Alhamdulillah kelas materi sedang berlangsung

Jumat, 22 November 2019

perjalanan melihat Bintang Ananda

Bulan ini kumulai lagi Aktifitas menjadi Fasilitator, setelah hampir setengah tahun aku cuti mengambil Jeda untuk hidupku.

Memasuki semester dua ini Materi yang dipelajari adalah Semua anak adalah Bintang. Sangat pas buat Aku yang sedang mulai menyusuri kembali bakat Mas D.
Hampir dua minggu terakhir ini Ngos-ngosan menghadapi mas D. Bukan hanya karena Terlalu ngotot tapi karena lupa Ilmunya dan sedang "tidak sadar diri". Seandainya sadar lebih cepat pasti bisa lebih Rileks dan optimis. 

Seperti yang lalu, sebagai Fasilitator Tendem saat tidak bertugas saya pun duduk di pojokan ikut belajar dari Proses belajar teman2 di Kelas BunSay Joglo. Tertampar, tertohok, menangis dan tertawa di pojokan saat satu2 ilmu meluncur dikelas itu. 


Ah.... Maafkan maman ya mas D, masih suka Ngotot padahal tahu jika mas D itu Commander dan Deliberatif. Kalau maman Ngotot pasti deh bakal terjadi Perang 😫.

Semoga kedepan bisa selalu ingat ilmunya dan emosi bisa nunggu dibelakang saja. 



Sejatinya, jadi Fasilitator ini Kamila para Fasilitator yang banyak belajar

Minggu, 25 November 2018

Melatih Kecerdasan Emosi dan Spiritual

Tak ada yang kebetulan, semuanya adalah Kebenaran.

Upst... Kata yang makJleb ya.
Ini kira2 yang mewakili perasaan hati ditiga Materi perkuliahan BunSay yang kini berubah posisi menjadi Fasilitator.

Kalau jadi mahasiswi jelas donk, fokus belajar dan berproses mengikuti arahan materi, lha ini Jadi Fasilitator tenyata diminta turut berproses bersama Mahasiswi yang didampingi oleh Sang Maha Hidup.

Duluu... Saat materi Komunikasi Produktif... Saya banyak belajar hal baru baik dari masukan temen2 maupun peristiwa yang terjadi di keseharian. Saat melatih kemandirian mendadak mas D malah mulai bermanja- manja,, bahkan yang tadinya makan selalu sendiri, saat itu malah selalu minta disuapin. Meskipun terkadang hanya secuil Bengbeng.

Learning by teaching ini mah... Tapi saya bukan pengajar, saya hanya sebatas Fasilitator yang mendampingi temen2 berproses.

Saat materi ketiga tantangan dikeseharian tak jauh beda dengan materi. Yaitu tentang Melatih Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Saat ini tah kenapa (sepertinya karena emang sdg usianya atau masa egosentrisnya) mas D emosinya lebih meledak2 dari sebelumnya. Semakin menunjukkan karakter kolerisnya. Dan parahnya berkali- kali saya kok ya masih angkat bendera Putih alias menyerah. Lari ke pojokan kamar dan diam (kalau tetap didepannya bisa berabe). Mas D diusianya yang kedua tahun 7bln dengan tubuh yang sangat kekar tentunya akan membuat Mamannya KO jika sdh mulai main Fisik. Lha mamannya bagaimanapun juga wanita... Jatuhnya ke kata alias ngomel2. Nah daripada jadi runyam mending nyingkir dulu. Sambil mengunyah- ngunyah materi, camilan dan review yang beberapa waktu lalu di cemplungin ke Kolam.

Ada hal menarik selama mengamati mas D. Mas D sangat tenang, namun tiba2 bisa berubah sangat emosional, baik itu tertawa terbahak- bahak, menangis histeris atau tiba2 manyun tanpa Kata, atau malah senyam senyum menggoda.

Saya beberapa kali dibuat takjub oleh mulut kecilnya saat lancar mengucap Astagfirullah (dengan bahasa cedalnya) saat melihat sesuatu yang mengagetkan atau aneh. Atau Berkata Allah, jika dikejutkan tiba2 bahkan saat kagum sesuatu.

Tergelitik untuk ikutan bikin Family Proyek. Namun apa daya Bulan November ini bisa dibilang hidup kami di jalan eh.. Perjalanan. Mulai dari Jogja - Jakarta- Jogja- Malang- Jogja.

Sampai saat akan HEE baru sadar ternyata ada BunSay Ready yang harus kami lepas, Ada 8 nama yabg sdh masuk daftar merah. Sediih? Sediih banget,, kenapa kok bisa lolos🤦‍♀️

Namun Alhamdulillah ada satu nama yg masih bisa diperjuangkan dengan hanya menyetor syarat Transfer Badge. Kan jadi Keterlaluan, kalau sdh tinggal Transfer badge aja Fasilitator ga bisa menolong.

Tapii... Jadi belajar juga c.. Ternyata yang namanya mahasiswi ya.. Tetep mahasiswi. Adakalanya mereka butuh di motivasi, diingatkan. Alhasil karena mikirnya bahwa mereka sdh besar, bahkan seorang ibu tugasku hanya mendampingi. Lolos deh 7 orang. Saat ini sedang proses Pengajuan.

Sebagai Fasilitator ternyata juga sebagai Ibu untuk mahasiswinya. Kudu di ceriwisin biar mau maju.

Sabtu, 27 Oktober 2018

Hanya sekedar Ingin atau Butuh?

Biaya hidup itu Murah, gaya hidup yang mahal. Nah Lo pernah dengar atau baca tentang hal ini?. Ternyata yang mahal itu gaya hidup apalagi kalau ditambah kita hanya ngikutin trend yang ada, hmm tambah mahal lagi pasti gaya hidupnya.

Saat kita memutuskan untuk membiayai gaya hidup saat itulah sebenarnya kita mulai masuk ke perangkap finansial. Gimana nggak, memutuskan membiayai gaya hidup berarti kita akan selalu berpacu dengan tren yang ada, sementara pendapatan kita belum tentu memiliki laju yang sama dengan perubahan tren.

ketika kita lebih memilih membiayai gaya hidup saat itu kita berada di posisi tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. hmm...bener banget bahkan sampai saat saya membaca beberapa buku untuk menuliskan ini saya baru bener- bener paham beda keinginan dan kebutuhan. Segera setelah itu mengosongkan keranjang belanja di beberapa E-Commers😂.

Meskipun memang, kebutuhan dan keinginan seseorang itu pada dasarnya bisa berbeda-beda sesuai dengan profesi dan situasi. Sebagai contoh, seorang pelajar mau memiliki produk laptop terbaru buatan Apple hanya untuk membuatnya terlihat keren. Itu bisa kita sebut sebagai keinginan, karena pada dasarnya manfaatnya tidak terlalu banyak bagi dia. Namun, ketika produk yang sama itu dibeli oleh para programmer, desainer, disc jockey, dan profesi lain yang membutuhkan produk laptop berkempuan mumpuni, tentu itu bisa disebut sebagai kebutuhan (Cermati, 2015).

Jadi apa tuh beda Kebutuhan dan keinginan?. Secara bahasa, kebutuhan adalah segala hasrat yang timbul dalam diri manusia yang jika tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Barang yang termasuk dalam kelompok kebutuhan juga memberikan aspek psikologis yang menjadi dasar atau alasan makhluk hidup dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Sebab, pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya (Cermati, 2015)

Sementara Keinginan adalah segala kebutuhan lebih terhadap barang ataupun jasa yang ingin dipenuhi setiap manusia pada sesuatu hal yang dianggap kurang. Keinginan tidak bersifat mengikat dan tidak memiliki keharusan untuk segera terpenuhi. Keinginan lebih bersifat tambahan, ketika kebutuhan pokok telah terpenuhi (Rahmani, 2017).

Mengelola kebutuhan dan keinginan pada dasarnya dapat dibilang tidak mudah. Dimana dalam kegiatan sehari-hari adanya suatu kebutuhan dan keinginan ini menjadi hal yang mampu mendorong agar dapat mencukupi kebutuhan dan keinginannya tersebut. 

Anggarsari (2017), memberikan beberapa tips tentang pengelolaan kebutuhan dan keinginan;

1. Mengendalikan diri
Untuk mengelola kebutuhan dan keinginan maka Anda perlu mengendalikan diri. 

Mengendalikan diri ini dapat dilakukan seperti menanamkan dalam diri Anda bahwa sebenarnya untuk mengelola kebutuhan dan keinginan tersebut adalah diri Anda sendiri, bukan sebaliknya. 

Sehingga jika Anda dikendalikan oleh kebutuhan dan keinginan maka nantinya akan sulit mengontrol pengeluaran dan akan terjebak pada perilaku konsumtif. 

Dimana perilaku konsumtif ini membuat Anda akan lebih sering mengeluarkan uang untuk hal yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Maka dari itu, mampu mengendalikan diri ini merupakan kunci utama dalam mengelola kebutuhan dan keinginan.

2. Membuat daftar kebutuhan
Dalam membuat daftar kebutuhan merupakan hal penting yang harus dilakukan. Mengingat dengan melakukan hal ini dapat sangat berguna dalam mengelola kebutuhan dan keuangan Anda. 

Tetapi yang perlu diingat bahwa dalam membuat daftar kebutuhan adalah dengan memprioritaskan yang benar-benar dibutuhkan seperti makanan, transportasi, air, keperluan untuk menunjang kesehatan, dan sebagainya.

Selanjutnya dari daftar kebutuhan yang telah dibuat tersebut susunlah rincian biaya yang harus dikeluarkan. Ketika biaya yang akan dikeluarkan masih memiliki sisa maka dapat dimanfaatkan untuk hal lain seperti menabung atau membeli keinginan yang dirasa perlu.

3. Membuat daftar keinginan
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa lebih penting dalam memenuhi kebutuhan terlebih dahulu baru setelah itu memenuhi keinginan. Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak perlu membuat daftar keinginan.

Mengingat hal ini juga bermanfaat untuk mendorong semangat dalam bekerja dan mampu untuk lebih mengelola kebutuhan dan keuangan. Sama halnya seperti membuat daftar kebutuhan, dalam membuat daftar keinginan pun juga perlu memperhatikan skala prioritas.

4. Berfikir rasional dan tidak mengutamakan gengsi
Setelah membuat daftar kebutuhan dan keinginan dan ternyata masih terdapat dana yang tersisa maka dapat digunakan untuk menabung atau membeli keinginan yang lain. 

Tetapi yang perlu diingat bahwa Anda harus cermat dalam melihat dan memilih keinginan seperti apa yang akan dibeli. Jika tidak begitu perlu maka pertimbangkanlah untuk hal-hal yang mungkin lebih membutuhkan dana tersebut. Selain itu, jangan mencoba untuk mengejar gengsi. Seperti yang terjadi saat ini banyak orang yang ketika membeli sesuatu mereka lebih memilih mengutamakan merek yang terkenal agar lebih berkelas dan bergengsi yang biasanya ini didukung dengan harga yang lebih mahal. 

Hal seperti itu pada dasarnya tidak menjadi masalah asalkan produk yang dibeli memiliki keunggulan dari segi kualitas. Akan tetapi jika kondisi keuangan tidak mendukung sebaiknya tidak memaksakan untuk membelinya, dan cobalah untuk membeli produk sesuai dengan kemampuan atau menabunglah terlebih dahulu.

5. Mengontrol emosi dan hindari hal yang tidak perlu 
Rasa keinginan yang begitu besar sering kali membuat emosi seseorang tidak terkontrol dan tidak berfikir panjang terhadap dampak yang diakibatkan. Begitu juga saat berbelanja, sering kali tidak memikirkan dampak yang akan terjadi. Oleh karena itu sebelum membeli sesuatu sebaiknya menetralkan emosi terlebih dahulu dan pertimbangkan apa yang akan terjadi untuk selanjutnya. 

Selain itu, sebaiknya menghindari hal yang tidak perlu dilakukan menjadi bagian yang penting dalam mengelola kebutuhan dan keinginan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa lebih baik mengutamakan yang benar-benar perlu daripada yang tidak perlu. Sehingga hal itu pun dapat mengamankan kondisi keuangan Anda.

Nurul (2015) dalam bukunya juga menuliskan bahwa kita sebagai seorang Muslim sebaiknya bersikap tidak berlebihan, dicontohkan dijaman Rasulullah dulu ada umat bernama Jabir yang boros dalam memanfaatkan air saat wudhu. Saat itulah Rasulullah memperingatkan Jabir "Mengapa Engkau berlebih- Lebihan?" Jabir menjawab "apakah di dalam berwudhu tidak boleh berlebihan wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab "ya, janganlah engkau berlebih- lebihan ketika wudhu meskipun engkau berada pada air sungai yang mengalir" (Muttafaq-'alaih). Masih dalam tulisan Nurul (2015). Untuk berwudhu sebelum sholat aja kita dilarang memboroskan air walaupun kita berada di tempat yang berlimpah air. Apalagi untuk hal- hal yang tidak begitu penting. Misalnya kaki hanya dua, namun mengapa sepatu memenuhi rak bersusun Empat? 

Ah mba Nurul, engkau menampar saya sangat keras. Hihi... Sambil lirak2 rak sepatu yang penuh sesak sepatu warna- warni. Yaa... Meskipun bukan bermerk bahkan sangat murah (100K/3 pasang) tapi kok hati saya ikut tersentil ya?. Ga hanya itu, jam tangan Hello kitty yang berbaris manis di Meja rias ikut mengusik, apalagi tas 50Rbuan rapi tergantung di sisi lemari turut serta berteriak. 

Hmm... Sebenarnya tidak sesuai ya dengan salah satu alasan tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan kalau dilihat dari harga barang, bukan barang mahal dan bermerk. Alasan beli juga bukan karena ngikutin tren, jadi... Sepertinya lebih kepada bakat input, ingin punya segalanya. 

Perlu niat kuat untuk berubah. Langkah awal sudah dimulai dengan saya mulai mengosongkan keranjang belanja di Shopee dari 120 item berhasil tersisa 5 barang saja yang bener2 merupakan kebutuhan, yang lain hanya barang karena "keinginan" yang diperkuat ama Bakat input. Buktinya beberapa barang dikeranjang yang akan dibeli (tapi menunggu harga turun) tidak ada drumahpun kehidupan saya masih berjalan dengan baik. 

Alhasil kudu mulai step2 berikutnya untuk mengurangi tumpukan barang "keinginan" agar lebih bermanfaat ditangan orang lain. 


Daftar Pustaka:



Anggarsari, Fitri 2017. Mengelola Kebutuhan dan Keinginan. (Online). tersedia https://zahiraccounting.com/id/blog/mengelola-kebutuhan-dan-keinginan/ yang diakses pada (28 0ktober 2018 pukul 04.50)

Cermati. 2015. Mengelola Kebutuhan dan Keinginan, Terdengar mudah tapi sulit. (Online). tersedia https://www.cermati.com/artikel/mengelola-kebutuhan-dan-keinginan-terdengar-mudah-tapi-sulit-1 yang diakses pada (27 Oktober 2018 pukul 04.00)

Chomaria, Nurul. 2015. Cerdas Finansial a la Keluarga Muslim. Jakarta. PT Elex Media Komputindo

Rahmani, Ani. 2017. Pengertian Kebutuhan, keinginan dan Perbedaannya. (Online). tersedia https://www.jurnal.id/en/blog/2017/pengertian-kebutuhan-keinginan-dan-perbedaannya yang diakses pada (27 Oktober 2018 pukul 04.00)














Melatih kemandirian

Sesuai kesepakatan diantara Yan-Si, maka level dua kali ini adalah giliran ibu Peri yang bertugas. Sementara saya mengambil peran sebagai Partner rasa sekretaris😁, ngurusin A to Z file kerja BunSay Ready.

Dan kok ya ngepasi banget pas itu jadwal Offline di kota sangat padat, sampai2 sekedar ngintip kelas aja kudu ngibarin bendara putih. Lha gimana nggak ngibarin bendera putih tertinggal satu sesi sudah kudu ndlosor 900an chat belum kalau tidak sengaja terpencet, Kudu ambil ilmu sang Monyet, alias manjat😂.

Akhirnya lewatlah keseruan kelas.. Parahnya ga hanya terlewat keseruan di bunSay Ready aja tapi juga di kelas Fasil alhasil fungsi bekupku ikut mlempeng. Terlebih soal Aliran Rasa yang kami berdua bener2 khilaf melewatkan. Tapi tetep kita minta bikin Aliran Rasa dan kaki tunggu sampai Senin upst nyundul materi level 3 donk? Ya gpp lah
.
Itung2 pelajaran untuk kami berdua. Bersyukur banget dipasangkan dengan ibu Peri.. Yang ditengah kesibukannya pelatihan di Malang masih siaga di kelas. Sementara saya yang niatnya selonjoran di pojokan malah bablas lantaran mas D pun meminta perhatian yang lebih banyak beberapa minggu terakhir imbasnya ya... Bye.. Bye... Sementara, Online. Kami banyak bermain. Namun tetep saat2 terakhir mengerjakan tugas partner rasa sekretarisnya. Mulai ngejar2 para keepers buat melengkapi file kerja. Mulai nyicil KHS jauuh sebelum mas D bangun. Agar tugas selesai dan mas D ga cranky.

Kalau dengan Guardian, meskipun bisa bekup tapi ga bisa seseru kalau berdua gini.. Pan bekupnya kudu bener2 saat emergency ga bisa berbagi peran. Hampir bisa dikata kehadirannya ada dan tiada. Begitulah kira2 status saya di BunSay Gabungan dua dimana saya menjadi beautiful Guardian Angelnya budhe Ta😆

Ditambah lagi, step2 pengantar di GC juga kok tiba2 raib, padahal kami sangat terbantu dengan itu. Ya.. Paling tidak kalau butuh bukti (menjadikan assigment) pilih sesuatu yang bisa dihandle langsung oleh para Fasilnya.

Dan satu lagi, menyelesaikan tugas di tim kreatif di awal membuat saya kurang Aware terhadap Progres🤐 tapiiii... Bukan berarti alasan untuk menunda lho ya.

Aaah... Level dua ini banyak pelajaran untuk diri saya sendiri  terlebih tentang melatih kemandirian untuk belajar tanpa harus disisipi tugas sebagai Fasilitator.


Selasa, 25 September 2018

Komunikasi Produktif

Perjalanan Jadi fasil ini dimulai dari sejak ditandatanganinya surat komitmen dari Tim pusat. Sebelum menandatanganinya saya pun sempat berkonsultasi dengan mas Era, setelah mendapat lampu hijau saya menandatangani dan mengirim kembali ke tim pusat.

Dan sejak hari itulah, ujian jadi Fasilitator dimulai apalagi pas ketahuan kelas yang akan saya dampingi, ini jauuh sebelum data resmi keluar. Seorang Partner, ibu Peri tepatnya membocorkan jika kami akan berpartner.

Senang bahagia rasanya berpartner dengan seorang yang berpengalaman pendampingan. Namun saat ibu Peri memutuskan untuk bekup di belakang ada sedikit rasa khawatir, galau bin grogi. Namun dengan adanya keajaiban Timeline, kami akhirnya memutuskan untuk membagi 12 materi dengan masing2 6 materi dan berlaku selang-seling. Karena saat belum dibagi, kami saling menunggu😏

Pra Bunsay, nah ini materi yang paling seru, terlebih saat kami berdua seharian menyiapkan amunisi untuk perform nanti malam. Baca kilat aneka buku, artikel bahkan membuka2 luka lama, eh... Kumpulan resume Kulwapp lama ttg tema terkait. Tak lupa pula kami saling mengingatkan satu sama lain untuk tetap hadir meskipun hanya manggung sendirian.

Jarum panjang mendekati angka 12, sementara jarum pendek dah di angka 7 sejak tadi. Dag dig dug detak jantung makin kencang aja terlebih saat jarum panjang kini bener2 di angka 12.

Tepat pukul 20.00 saya menuliskan icon tanda kehadiran 🌊 🌊 🌊 🐬 🐬 🐬, biasanya setelah itu saya akan langsung memberi salam, tapi malam itu karena masih dag dig dug. Butuh mengambil waktu sejenak (3 menit) untuk akhirnya bener2 hadir.
Seperti biasa, kelas selalu saya mulai dengan pertanyaan simpel semacam "bagaimana perasaannya para BunSay Ready (panggilan kesayangan kami untuk kelas Remedial) malam ini?" atau semacam "bagaimana warna hari ini buat temen2?" kemudian saya akan diam sejenak menunggu ketikan jawaban mahasiswi. Sesekali menimpali. Setelah agak ramai kemudian saya mulai masuk ke area materi. Pertanyaan awal adalah "sampai dimana proses mengunyahnya?" dan biasanya setelah kalimat ini mereka sdh paham bahwa kita akan bahas materi.

Siang sebelum berdiskusi di kelas, sudah kami sarankan untuk diskusi di kamar liga (WaG peer group) masing2 sehingga malam hanya tinggal presentasi hasil dan mendapatkan pengkayaan atau penguatan ilmu dari temen2 diluar kamar liga masing2. Saat Presentasi liga pertama dimulai, kami terbengong2, gimana tidak, mereka presentasinya luar biasa, lengkap kap. Bahkan sampai kelompok terakhir kami masih terus terbengong2. Malam ini kami semakin bersyukur mendapat takdir menemani temen2 yang mengulang proses belajar, kami belajar banyak. Yap... Kami yang belajar.

Acara Prabunsay selesai mulai masuklah ke Materi inti/ pokok. Hal yang sama kami berlakukan, presentasi hasil diskusi dikamar liga. Alhamdulillah kelas tetap seramai biasanya dan banyak ilmu baru yang kami serap bahkan curhat colongan menghiasi layar malam itu.

Aha... Jadi ingat ada janji welcome party antara saya dan ibu Peri untuk mereka, yang belum jua terlaksana.
Tepat di hari ke-13 kami manghadirkan tamu istimewa (istimewaah banget buat hati saya) yang mengupas tuntas tentang lima bahasa kasih. Siapa lagi kalau bukan suami tercinta, Era sugiarso.

Rupannya Diswapp bareng mas Era ya dimomodin mba Gina sangat berkesan buat para BunSay ready, terbukti curhat colongan bertebaran dilayar malam itu. Satu per satu mas Era menjawab curhatan para BunSay Ready dengan sabar, bahkan ketika harus diselingi membuatkan dot Susu untuk mas D😜. Dua jam terasa sebentar menurut para BunSay Ready bahkan hari selanjutnya masih dilanjut obrolan dilayar. Alhamdulillah malah ada yang nemu solusi untuk tantangannya yang luar biasa menantang selama ini. Banyak yang akhirnya justru bercerita ttg perubahan hubungan mereka setelah menerapkan KomProd ini. Alhamdulillah lagi ada yang merasa baru jatuh cinta setelah menikah hampir 9 tahun.

Huwaaaah... Hati turut berbunga-bunga bahkan saat baca ceritanya malah ikut senyum- senyum malu.

Hmm.... Untuk level berikutnya perlu menyiapkan tamu istimewa siapa lagi ya? 🤔

Agar kami bisa belajar dan bahagia bersama😍😍

Love u BunSay Ready😘😘

Moving Forward 🏁
Be better and Happy

Minggu, 22 Juli 2018

Satu kecerdasan Majemuk Ananda

Setiap anak adalah Bintang. Setiap anak terlahir Cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. menurut Gardner (2003) dalam bukunya yang berjudul "Kecerdasan Majemuk" terdapat delapan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. 

Masih menurut Gardner (2003) ciri anak cerdas matematik logis pada usia balita, anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika kakiku masuk kedalam ember penuh berisi air atau penasaran menyusun puzzle. Mereka juga sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung.

Purekidsido (2013), menyebutkan Mengenalkan dan mengajarkan warna merupakan salah satu bagian penting dalam pengajaran di masa kanak-kanak. Warna merupakan simbol kuat yang dapat digunakan sebagai ‘jembatan’ untuk mengajarkan hal-hal yang ada di sekeliling kita. Bayangkan bila dunia hanya terdiri dari hitam dan putih. Akan sangat sulit bila kita membayangkan suatu benda, karena kita pasti membayangkan suatu benda dengan warnanya. Laut yang biru, rumput yang hijau, matahari yang kuning cerah dan lain sebagainya. berikut manfaat mengenalkan warna pada si kecil:
1.   Dapat  membantu anak  melihat dunia secara utuh, lengkap dengan ‘pernak-pernik’nya. Dengan mengenal hal-hal di sekelilingnya, si kecil akan lebih nyaman dalam bereksplorasi dan belajar di lingkungannya
2.   Warna dapat digunakan untuk memudahkan kita mengajarkan konsep-konsep yang penting untuk mereka. Dengan warna-warna yang atraktif, si kecil akan lebih semangat dalam proses belajarnya. Seperti mengenalkan konsep ukuran dan bentuk dengan menggunakan warna-warna terang. Contoh: kelereng merah dan bola merah yang memiliki warna sama namun berbeda ukurannya. Dengan mengajarkan melalui permainan, sekaligus juga melatih kemampuan motorik dan koordinasi mata-tangan.
3.  Mengajarkan disiplin pada anak dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan melalui warna. Dengan warna, penerapan disiplin dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi anak. Seperti bila di dalam rumah, si kecil boleh bermain bebas di lantai karet berwarna biru, namun bila di lantai berwarna putih, semua mainannya harus rapi.
4. Mengasah rasa estetika anak melalui perpaduan warna-warna. Lukisan, fotodan pemandangan adalah media-media yang dapat  digunakan sebagai latihan si kecil mengapresiasi warna. Dengan jiwa seni yang berkembang baik, mereka dapat lebih peka dalam menghargai karya-karya seni orang lain.
5. Anak dapat berlatih mengungkapkan emosi melalui warna sebagai simbol, seperti misalnya warna-warna terang untuk mewakili perasaan mereka yang sedang gembira atau mengungkapkan perasaan mereka dengan memakai perumpamaan ‘feeling blue’. Bila si kecil terbiasa untuk mengungkapkan emosi dengan cara yang baik, kelak anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sensitif dan menghargai perasaan orang lain sehingga kecerdasan emosi mereka akan berkembang baik.
Kita bisa mengenalkan pertama kali pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari lingkungan sekitar kita dan pengalaman sehari-hari anak serta memberikan stimulasi yang mendukung. Tentu saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan tekanan, dan melalui permainan-permainan.

Mengapa stimulasi untuk kecerdasan anak banyak melalui permainan-permainan dan kegiatan bermain yang menyenangkan? Karena dengan bermain akan membuat anak dapat mengekspresikan gagasan dan perasaan serta membuat anak menjadi lebih kreatif (P4tk, 2008).
Dengan bermain juga akan melatih kognisi atau kemampuan belajar anak berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya. Saat memainkan permainan yang menantang, anak memiliki kesempatan dalam memecahkan masalah (problem solving). Misalnya menyusun lego atau bermain puzzle
Bagi usia prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis anak dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan anak. 
Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika.

kali ini kita akan merancang permainan yang bisa kita lakukan hanya berbekal barang yang ada disekitar kita
judul permaianannya: Pisahkan Warna Yuk
manfaat dan tujuan permainan ini: ananda mengenal warna disekitar kita dan bisa memisahkan barang/ benda sesuai dengan warnanya. permainan dapat dilanjutkan dengan mengenalkan angka atau berhitung
Alat dan bahan: pakaian anak, Keranjang baju bersih (jumlah menyesuaikan warna baju yang dimiliki anak, maksimal kita tentukan 3 warna)
cara bermain: ananda diminta untuk memisahkan baju berdasarkan warnanya, kemudian minta Ananda untuk memasukkan baju berwarna sama pada satu keranjang. baju berbeda warna dimasukkan ke keranjang yang lain.




sumber pustaka
Gardner, Howard. 2003. kecerdasan majemuk teori dalam Praktek. interaksara. 405 hal
purekidsido. 2013. Pentingnya Mengenalkan Warna Kepada Anak. (Online). tersedia https://purekidsido.wordpress.com/2013/11/04/76/ yang diakses pada (20 Juli 2018 pukul 14.00 WIB)
Rohmitawati, S.Si. 2008. Mengasah Kecerdasan Matematika Logis Aanak Sejak Usia Dini. (Online) tersedia http://p4tkmatematika.org/2008/11/mengasah-kecerdasan-matematis-logis-anak-sejak-usia-dini/ yang diakses pada (tgl 20 Juli 2018 pukul 14.00 WIB)



be Kreatif

Ahai,, sesuai dengan Judul di atas kali ini kita akan cerita sedikit tentang bagaimana menjadi kreatif. ini sebenarnya judul buat Jurnal Fa...