Selasa, 26 Desember 2017

Melatih kemandirian? Susah susah gampang

Melatih kemandirian? Pasti deh pada mikir gimana agar anak bisa makan sendiri, segera lulus toilet training dan berjibun tanggung jawab lainnya.

Kalau banyak menuntut pasti jadi kesal bin marah bin jengkel bin stress. Apalagi untuk usia dibawah Enam tahun. Maka dari itu melatih kemandirian nya sebatas mengenalkan saja,, tak perlu banyak menuntut. Anak senang emakpun ikut senang. Dan lagi ga perlu tuh ngotot atau bandingin ama kemajuan anak tetangga pan anak kita very limited edition.

Ketika kita mengenalkan sesuatu pada Ananda, terkadang sang Anak tampak cuek, ga perhatian. Tapi saat waktunya tepat Ananda akan mengeluarkan semua kemampuan yang pernah dilihatnya.

Kmrn saat aku dan teman-teman Sejuta Cinta Jualan pakaian layak pakai baru deh menyadari betapa mandirinya mas D. Di saat anak yang seusia dengannya masih Nemplok emaknya kemana2. Mas D sdh mulai menikmati aktivitasnya sendiri. Mulai dari keliling lingkungan baru bahkan tak sungkan meminta pada Tuan rumah (pakD Supadi) untuk mengantarkan ke kandang Sapi, atau sekedar mengutak-atik mainan mas Ezra dan mba Hira.

Anak kita adalah pembelajar yang luar biasa. Cukup dicontohkan dan dia akan mencontoh. Soo saat melatih kemandirian itu kuncinya "tega" dan percaya.

Mendongeng? Menyenangkan

Awalnya rada kesusahan dengan tantangan level ini. Mas D ga pernah mau untuk duduk diam dibacakan buku. Tapi setelah tau bahwa mendongeng tak hanya melulu baca buku akhirnya kami berdua bisa selesaikan tantangan ini. Malah jadi ketagihan. Bakat Akting mas D semakin terasah.

Ada hal mengejutkan, kemarin saat aku dan Mimi mengajak mas D jalan ke Mall, kami melewati kumpulan para sopir taksi. Seperti biasa aku hendak mengucapkan permisi saat melewatinya tapi urung tak lakukan lha gimana? Sudah keduluan mas D "ndek Langkung" ucap mas D sambil membungkukkan badannya.

Aku dan Mimi saling bertatapan. Wow rupanya mas D yang seolah cuek ini menyimak setiap hal yang terjadi di sekitarnya. "Permisi" kata yang sering diucapnya saat melalui seseorang atau meminta ijin sesuatu kini bisa berganti menyesuaikan kondisi.

Dongeng yang sepertinya hal biasa, rutinitas ternyata dampaknya luar biasa. Makasih ya para Fasilitator yang telah mengantarkan materi ini sehingga makin semangat mendongeng dengan cara mas D.

Luar biasa Bu Septi dan pak Didik merumuskan materi2 untuk kami dalam membersamai Ananda.

Minggu, 10 Desember 2017

Permisi

Peda tengah berjalan mengitari ruangan. Tampak maman sedang duduk didepan pintu masuk Istana. "Awas...awas..." teriak Peda. Maman tak bergeser sedikit pun maju mundur Peda mencoba membelokkan stangnya. Hingga akhirnya mas D yang berteriak "Maman, awaas" "lho kok Awas mas?" jawabku. "Iya, D lewat" jawab mas D sambil mendorong masuk Peda hingga menabrakku. "Maman, Awas" ujar mas D lagi  dan sekuaat tenaga mendorong sepedanya masuk. "Ada password nya mas, supaya Maman minggir, mas D tau?" jawabku seraya menutupi pintu dengan kedua tangan terbuka. "Hmm...." mas D berpikir sambil bertanya pada Peda "tau?" Peda menggeleng- gelengkan kepala isyarat tidak tau. Mas D menghampiri Kira yang sedang duduk di pojokan "Ra, tau?" tanya mas D "tau donk" jawab kira kali ini peranku. "Apa?" tanya mas D "Permisi" jawab Kira
"Oh iya" teriak mas D seolah baru mengingat hal tsb.
"Mihi" ucap Mas D selaku sepeda. Akupun lalu bergeser memberi Peda dan mas D jalan.

"Mas...asyiik ya kalau kita ucap Passwordnua buat lewat? Jadi ga perlu teriak2 pasti dikasih jalan. Tapii kalau sdh permisi dan ga boleh lewat, mas D ga boleh maksa?" terangku kemudian.

"Maahi" ucap mas D berlalu menuntun Peda masuk ke kamar

Pinjam

Ini kata yang selalu disoundingkan ke mas D jika ingin memakai barang yang bukan miliknya. Bahkan jika itu milikku.

Siang itu aku sengaja bermain peran sendirian tidak melibatkan mas D, memang ingin melihat reaksi mas D jika ini yang terjadi.

"Jangaan....itu punyaku" teriak Susan berusaha merebut ikat rambut yang diambil Susi. "tidak ini punyaku" teriak Susi ga kalah kerasnya.

Susan masih berusaha keras untuk merebut meskipun Susi sudah berusaha menyembunyikan. "Huhu....itu punyaku" tangis Susan sambil menunjuk ikat rambut yang dibawa Susi. "Maman membelikannya untukku, punya Susi kan sdh hilang, dibuang Susi di tempat sampah" lanjut Susan di tengah isak tangisnya "bukan! Ini punyaku" Susi ga mau kalah. "Mas D tolooong, itu punyaku" Susan menangis sambil menghampiri mas D yang sedang asyik bermain mobil2an. "Apa? Angis?" tanya mas D. "Ikat rambutku diambil Susi mas" jawab Susan meminta gendong " hup" mas D menggendong Susan dan berjalan menghampiri Susi "ui punya sapa?" tanya mas D "sini" jawab mas D sambil menengadahkan tangannya "ga mau ..ini punyaku" jawab Susi tak mau menyerahkan ikat Rambutnya.

Mas D mendudukkan Susan tepat disampingku. Jujur aku penasaran apa yaa yang bakal dilakukan mas D. Mas D berjalan keluar rumah "wah mas D malah pergi" pikirku tiba2 "ka...uka.." teriak mas D berusaha membuka pintu kamar ganti "Kenapa mas, mau cari apa?" tanyaku. Mas D diam saja, dihampirinya wadah bekas lulur tempatku menyimpan ikat- ikat rambutku. Dibuka dan diambilnya satu. Kemudian mas D berjalan kembali ke ruang tengah dimana Susan dan Susi masih menunggu. "Ui, ini. Itu Uan" ucap mas D sambil menyerahkan ikat rambut yang baru saja diambil dari Kamar ganti kepada Susi. Susipun mengembalikan ikat rambut Susan. Kemudian Susan berkata "aku ga pa pa kok kalau ikat rambutnya dipakai Susi, tapi ijin donk" mas D mengangguk "Ui, injam ya, okey?" kata mas D sambil mengangguk2 meminta Susi menyetujui. "Okey. Nanti aku pinjam ya San ikat rambutmu"  ucap Susi "okey" balas Susan. Susi dan Susan kembali bermain bersama, sementara mas D kembali Asyik bermain Mobilnya.

Aku senang ternyata ga cuma bakal nyuruh bilang pinjam, tapi mas D bantuin cari Solusi biar ga rebutan

Maaf

Maaf merupakan kata pelipur lara, pembasuh luka. Ini kata yang sangat penting u dikenalkan pada anak2. Sejak kecil mas D itu Titen, bahasa Indonesianya Hafal dalam hal ini  mengenali orang. Sejak bayi usia 3bln, ketika ada seseorang menyakiti mas D tanpa sengaja, mas D selalu berharap orang tersebut meminta Maaf. Jika tidak mau meminta maaf maka mas D akan menganggap orang tersebut tidak ada lagi (bahasa jawanya ngecing).

Siang itu kami bermain peran kembali Kali ini Sepeda dan Boneka Hello kitty lakonnya.
"Aku putar2" teriak sepeda sambil berputar putar ruang tengah. Kira yang tengah asyik menonton TV hampir tidak menghiraukannya. Kemudian datang Bluebi sambil berlari hingga tak melihat jika sepeda sedang berputar. "Bruk..." sepedapun melindas kaki Bluebi "auw....sakit" teriak bluebi. Kira yang tadinya tengah menonton segera berlari ke arah suara "bluebi, Bagaimana keadaanmu, bagian mana yang sakit?" tanya Kira seraya mengecek seluruh tubuh Blubie. Bluebi mengerang menahan rasa sakit. Sementara sepeda justru akan pergi diam- Diam. "Sepedaa..tunggu, mau kemana?" Cegah Kira " sepeda tidak lihat bluebi kakinya terlindah rodamu" lanjut Kira
"Iya" jawab sepeda, "trus kenapa mau pergi?" tanya Kira " mau sana" jawab Sepeda. "Sepeda sebaiknya minta maaf dulu sama Bluebi baru pergi, jika kita bersalah, sengaja atau tidak sengaja...kita harus meminta maaf" terang Kira pada Sepeda "ga liat" jawab sepeda "iya Mba Kira tau, Sepeda tidak sengaja, karena itu sepeda minta maaf pada Bluebi y" pinta Kira pada Sepeda " udah Kir, gpp sdh ga sakit kok" ucap Bluebi lirih "gpp Bluebi, Sepeda harus tau jika menyakiti orang baik sengaja atau tidak sengaja harus meminta maaf" Kata Kira panjang.

Sepeda segera berjalan kembali menuju arah Bluebi "Bi, maaf ya" ucap Sepeda "gpp Peda. Makasih ya" jawab Bluebi. "Masama" jawab sepeda, kemudian mereka bertiga berpelukan

Permainan selesai, aku dapaat hadiah Ciuman manis dari mas D

Tolong

"Pinky,, ni ni" teriak Red
"Pa?" jawab Pinky
"Main ama Maman" jawab Red seraya mengajak Pinky mendekati maman yang tengah asyik menyisir rambut Susan.

"Mas D sedang apa?" tanyaku pada mas D yang datang menghampiri bersama Pinky dan Red "main" jawab mas D "Ma man ikut" lanjut mas D seraya menganggukkan kepala meminta persetujuanku. "Okey, main apa kita?" tanyaku dan berpindah duduk disamping mas D. " pawod" ucap mas D untuk kata Password. "Boleh, password yang mana?" tanyaku balik "polong" jawab mas D.

"Maman pegang apa Donk?" tanyaku lagi
"Hmm..." mas D berpikir dan berputar mengelilingi keranjang mainan untuk mencari tokoh yang bisa kumainkan.
"Ini" jawab mas D seraya menyerahkan bus kecil tanpa roda "lho ini ga ada rodanya, gimana donk bisa jalan?" tanyaku pura2 keheranan. "Ga jalan" jawab mas D "trus maman ngapain" tanyaku.

Kembali mas D mengobrak abrik keranjang mainannya "ini, pawod roda" jawab mas D sambil memyerahkan roda bus yang lepa yang artinya ini roda untuk di pasang pakai password .

"Oke" jawabku. Aku (bus tanpa roda) berjalan ke arah Pinky (boneka, sang Montir). "Pinky, bisa kau pasangkan rodaku?" tanya Bus pada Pinky yang tengah asyik memperbaiki Red. "No" jawab Pinky. "Lho kok No, nanti aku ga bisa pergi donk" jawab Bus. "Gpp" jawab Pinky tanpa menoleh sedikitpun.
"Huhuhuhu...aku mau roda" tangis Bus Pecah. Mas D kaget melihatku menangis. Dihampirinya aku, dielus2 rambutku "apa?" tanya mas D "aku mau roda" teriak bus lagi
"Oo.." jawab mas D " pawod ma" lanjut mas D. "Oiya, bus lupa ada password nya" teriak bus kegirangan "Pinky bisa tolong pasangkan rodaku?" tanya bus kemudian "Iya" jawab pinky tegas "Makasih" ujar Bus tersenyum bahagia. "Terima kasih Red sdh diingatkan"

Kertas Emosi

Siang itu badanku terasa capek luar biasa, kucoba rebahkan diri sejenak. Setelah mendapat ijin dari mas D, aku berbaring didekat mas D. Tak berapa lama kemudian mas D menggoyang-goyang  membangunkanku. "Kenapa mas?" tanyaku masih dengan mata sedikit terpejam "ini" tunjuk mas D pada sebuah kartu Emosi. "Kenapa" tanyaku lagi, enggan untuk segera bangun.

Mas D kembali menepuk nepuk pundakku "ma man, ini apa?" tanya mas D kembali. Tersentak kaget, aku segera bangun dan mendapat ide aha, ini kali bisa buat ngedongengin. Kayak di artikel2 pakai alat peraga.

"Sini mas, Maman beritahu cara mainnya" ajakku pada mas D seraya menyiapkan panggung untuk kertas Emosi.

"Hai...selamat Siang mas D, aku Si Happy hidupku selalu bahagia, aku tertawa sepanjang hari, aku menebar senyum disekitarku dan membuat mereka semua bahagia.

" Siang mas D, kenalkan aku si Anger, aku selalu marah-marah, tak bisa tersenyum dan selalu membuat orang lain tidak nyaman"

"Hai hai mas D, namaku Say...aku pemalu, aku tak berani jika bersama orang banyak, aku lebih suka sembunyi dari pada berbicara dengan orang Asing"

"Mas D, aku Melan,, aku selalu sediiih sepanjang hari. Aku selalu menangis huhuhu"

Begitulah kira2 aku memperkenalkan para Emosi pada mas D. Kemudian aku berkata "Jika mas D boleh memilih,, mas D pilih siapa?"

"Happy" teriak mas D seraya senyum bahagia dan lompat-lompat kegirangan.

"Mas D suka ga ama si Anger yang suka marah2?" tanyaku kemudian "No no" jawab mas D. "Boleh ga kita marah2?" lanjutku "No" jawab mas D. "Kalau sama Melan?yang suka nangis Suka ga?" tanyaku "No" jawab mas D "boleh sedih?" lanjutku "No" jawab mas D.

"Boleh mas D, kita boleh sedih kalau kita kecewa, kangen maman, kangen DEra, kangen Maman. Kita juga boleh Marah tapi, kita ga boleh marah2" terangku padanya.
"Kalau kita Sedih, marah, nangis, itu boleh banget sayang yang ga boleh kalau berlebihan. Mas D tau ga bedanya marah dan marah2?" 

" maman no no no" jawab mas D memperagakan sebuah Emosi. "Wow itu emosi apa mas?" tanyaku "angry" jawab mas D. "Kalau marah gimana? Tanyaku mas D kemudian ambil mainannya dan membelakangiku.  Owh aku jadi ngerti ternyata kalau marah2 menurut mas D itu teriak2, sementara marah itu diam. Aku ngangguk ngangguk. Tapi jadi penasaran juga kenapa mas D ga balik2 badan kalau cuma akting. " mas D marah?" tanyaku hati2 "No" jawab mas D disambung senyum bahagianya.

"kalau sedih gimana mas?" kembaliku bertanya "huaaaaaaa aaaa aaa" mas D menangis menjerit2 "mas D Sedih?" tanyaku mengkonfirmasi "I ya" jawab mas D. "Kenapa sedih" lanjutku mencoba mencari tahu alasannya "kakung tinggal" jawab mas D. "Owh mas.D sedih karena ditinggal Kakung pergi" tanyaku mencoba mengclearkan "i ya" mas D membenarkan.

Aha, ternyata pemahaman mas D ttg emosi dah lumayan juga, pikirku. "Okey, kita sdh selesai. Jadi....mas D pilih apa?" tanyaku terakhir kali sebelum menutup Cerita "Bahagya" jawab mas D "yeeeeay" sorak mas D. Sembari tos denganku

Sabtu, 09 Desember 2017

Mendapat Jawaban

Tepat setengah jumlah hari tantangan level 10 belum juga berhasil mendongeng untuk mas D. Mas D tidak nyaman jika tidak bergerak, bahkan jika ada orang Yang sedang melakukan sesuatu pasti mas D penasaran ingin tahu dan coba-coba.

Aku kemudian berpikir, Tujuan utama tugas ini adalah menumbuhkan dan membangun karakter anak bukan pada aktivitas mendongengnya. Lalu aku coba mencari2 referensi tentang penelitian terkait menumbukan/ mengembangkan karakter anak. Alhamdulillah nemu di http://repository.ub.ac.id/25966/  dan akhirnya semangaat kembali membara.

Tentu saja semangat karena ternyata permainan yang biasanya aku dan mas D lakukan adalah cara lain dari mendongeng. Apakah itu? Bermain peran.

Mas D sangat suka bermain peran. Bahkan saat usianya 1tahun dulu dia sudah bisa berakting nangis, tersenyum, tertawa bahkan marah2 bergantian dalam hitungan detik. Dan hampir tiada hari tanpa kami bermain peran. Biasanya kami menggunakan mobil2 mainannya untuk bermain peran.

Hari ini kami belajar tentang berkata terima kasih. Mas D pegang Red (super star berwarna merah), aku pegang Elo (super star berwarna kuning) selain itu mas D juga pegang Acil sang Ambulan.

Ceritanya hari itu Elo dan Red kebut- kebutan akhirnya Red terguling guling di jalan. Elo secepat kilat menolong Red dengan memanggil si Acil melalui telpon darurat. Acil dengan sigap membantu Red dan berhasil menyembuhkan luka Red. Setelah selesai menyembuhkan Red, Acil berpamitan pergi, namun tiba- tiba Red memanggil Acil dan mengucapkan terima kasih. Tak lupa juga Red berterima kasih pada Elo.

Mengajarkan untuk mengucapkan terima kasih eh bukan, meneladankan mengucapkan terima kasih melalui permainan peran kepada mas D bukan yang pertama kalinya. Bahkan tadi aku surprise juga ketika menyadari mas D (Red) mengucapkan terima kasih pada Elo. Kupikir mas D hanya akan berterima kasih pada Acil saja yang membantunya berdiri dari posisi terguling. Ternyata lebih dari itu

Buku untuk yang lain

Siang itu kami grubyukan. Semestinya jam 8 sdh di stasiun namun karena berpikir Solo Square baru buka pukul 10.00 ya udah lah berangkat jam 9 aja. Ternyata oh ternyata tiket Prameks yang tersisa hanyalah pukul 10.17 alhasil sampai Solo pukul 11.12.

Sempat terpikir tuh bakal kejar2an ama mas D di jalan, karena waktu eksplor yang mepeet. Daaaan ternyata beneer banget. Mas D belum puas di Stasiun sdh harus segera berlari ke Solo Square untuk segera bermain mobil. Hal ini karena pukul 13.00 adalah waktuku untuk rapat.

Setengah satu waktu yang ditunjukkan jam dinding di mall. Segera kupanggil gojek, agar bisa sampai UNS tepat waktu. Namun sayang sampai sana telat 5 menit dari jadwal panitia yang lain belum hadir. Uuugh nyeselnya bukan main, apalagi tadi mas D masih betah main magic sand.

Alhamdulillah kecewa terobati saat melihat bookFair di lobby perpustakan masjid Nurul Huda. Aku dan mas D tanpa komando bergegas masuk, seolah-olah takut ga kebagian buku. Penuh semangat mas D melihat buku yang didisplay satu persatu. Tau donk apa yang ada dipikiranku? "Aha, buku baru rencana dongeng pasti berhasil" e...ga taunya dia sibuk nyariin buku buat kakung, Eyang dan DEranya. Saat kutanya buat mas D yang mana? Dijawab gelengan dan kata No seraya ngeloyor pergi setelah nyerahin buku2 yang sdh dipilihnya.

Hmm...rapat berlangsung hingga pukul 17.00 namun bukan berarti sudah selesai sampai disana. Kami masih ngobrol banyak hal terkait tumbang Ananda. Dan akhirnya pulang naik bus Suroboyonan pukul 19.00. Mas D pun tertidur nyenyak hingga tiba waktu pagi.

Saya adalah Fasilitor

Beberapa minggu terakhir fasilitator menjadi sebuah kata yang tak asing. Menurut Wikipedia Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.kita mengenalnya dengan bahasa "semua Guru semua Murid". Namun begitu kita sebaiknya tetap menguasai beberapa ilmu dasar menjadi Fasilitator.


Modal utama untuk menjadi Fasilitator adalah semangat berbagi dan melayani. Kedua hal ini Alhamdulillah sudah saya miliki jauh sebelum bergabung di IIP. Namun sebagai fasilitator tak cukup hanya bermodal dua hal tersebut. ada beberapa keahlian dasar menjadi fasilitator yang sebaiknya dikuasai. 



Beberapa keahlian dasar telah dikenalkan pada saat saya mengikuti kelas pembekalan sebagai Fasilitator. Adapun keahlian dasar tersebut adalah; Memahami coc fasilitator, leadership for facilitator, management gadget, the power of Question, Heutagogi, Blended Learning, Skill of Facilitating, manajemen dinamika kelas, Talents Mapping for beginner, framework Home Education, skill public speaking for Kopdar serta teknik pengarsipan.


Sebelum aktif di komunitas Ibu profesional saya sudah lebih dulu aktif di sebuah komunitas lain dan berperan sebagai fasilitator. yang  mana posisi/ perannya tidak jauh berbeda dengan Fasilitator di Ibu Profesional. fasilitator bukanlah penceramah/ narasumber, fasilitator lebih berperan sebagai teman belajar untuk mencapai tujuan bersama.

Ketika mengikuti kelas pembekalan sebagai fasilitator (TfFM) maupun hasil berbincang dengan beberapa fasilitator di IIP saya banyak belajar bahwa jam terbang (hal ini membuat kita lebih luwes saat menghadapi situasi apapun dikelas), cara menguasai situasi dan kondisi kelas sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan sebuah kelas bahasa kerennya Bonding. Fenomena silent reader (SR) rupanya merupakan momok bagi hampir seluruh fasilitator. Namun kehadiran CoC di IIP dapat kita gunakan untuk meminimalisir SR. meskipun masih banyak juga yang "bandel". Tapi, minimal dengan adanya CoC para SR akan mendapatkan perlakuan khusus.


Rencana dan Strategi yang akan saya gunakan dalam memfasilitasi kelas, akan saya sesuaikan dengan kondisi kelas. misal untuk beberapa hal yang berhubungan dengan masalah pribadi, saya tidak akan keberatan jika di WaPri dan dengan empati dan logika yang seimbang saya akan membantu semampunya. Namun pada dasarnya tugas kita adalah menemani, mendengarkan dan menyerap. Sehingga ketika ada tantangan saat memfasilitasi sebuah kelas, solusinya bisa kita sesuaikan seperti yang peserta mau, padahal sebenarnya kita yang mengarahkan.



Heutagogi atau Learn How to Learn merupakan salah satu strategi yang akan saya gunakan, mengingat kita semua adalah guru dan kita semua adalah murid.



Saya selalu berusaha berpikir positif tentang segala sesuatu, sehingga tidak ada sedikitpun kekhawatiran menjadi Fasilitor, terlebih akan ada tim pengurus Kelas, observer dan juga partner yang akan membantu, bersama- sama mencari Solusi. Setiap pagi saya akan mengafirmsi tentang kondisi kelas seperti yang saya harapkan.



Di kelas pembekalan saya bertemu dengan banyak orang asing, namun seiring waktu menjadi keluarga. saling menyemangati disaat akhir pengerjaan tugas. Bahkan bertemu dan berkenalan dengan orang baru merupakan salah satu hobi saya. Banyak istilah baru, namun karena saya suka belajar hal- hal baru dan tidak sungkan bertanya pada ahlinya, maka istilah baru juga bukanlah suatu kendala. sejauh ini saya tak ada kendala sama sekali untuk beradaptasi dikelas. Bahkan di kelas Belajar yang lain (matrik koordi tambahan) saya mengambil tanggung jawab sebagai ketua kelas. hal ini menurut saya akan banyak membantu dalam proses adaptasi dan belajar.






sumber:



*Allan Pease.2002. Question are the Answer. Network tweentyone indonesia. 131 hal.


*Suasana diskusi di dalam kelas pembekalan

*Https//id.wikipedia.org/wiki/Fasilitator

*Les Giblin. 1995. Cara memiliki keyakinan dan kekuasaan dalam berurusan dengan orang lain.mitra Utama. 236hal

*Pembicaraan melalui Whatsapp dengan beberapa fasilitator pendahulu; mba Ratna Palupi, mba Kasihani, mba Inggil Windiarti, mba Evi Wiliyanti

*12 materi pokok pembekalan Fasilitator



R.Ngt. Siwi Aryani RR
Selaku penanggungjawab rumah belajar Craft Ibu Profesional Jogja

Kamis, 07 Desember 2017

Aksi hari ketiga

Berbekal halan- halan sesiangan tadi di https://bangeky.blogspot.co.id/2015/03/cara-mendongeng-yang-baik.html?m=1. Kepercayaan diri meningkat nich buat tar malam mendongeng.

Baiklah, malam ini mbacain buku saja, ga usah ngarang pikirku simpel.

Tibalah waktu dimana mas D dah bersiap tidur, kubawa beberapa buku, berharap mas D akan semangat untuk dibacakan buku seperti biasa.

"Tok tok tok" kuketuk pintu kamar mas D (kamarku juga c). "Siyahkan" sahut yang didalam "mas Maman punya buku, mas D silahkan pilih mau dibacakan yang mana?" tawarku " ini dah, ini dah ini dah, no no...doooot" teriak mas D seketika "what" kaget pakai banget donk,, hoho berarti saatnya beli buku baru nich.

Baiklah, besok pagi kita akan beli buku baru.
Ternyata ya, mbacain buku ke anak gampang2 susah. Kalau temen2 pada ngeluh anaknya baca buku itu2 aja berkali-kali, lha mas D malah nolak untuk baca buku yang sama berkali- kali. Hmm....ada kah hubungannya dengan hobby emak dan bapaknya baca buku yang berbeda setiap hari? Pluuus ngoleksi buku. Kenapa ngoleksi? Karena masih banyak yang tersegel belum tersentuh.

Aksi hari kedua

Haha...semalam belum berhasil, mungkiin karena mas D terlalu capek, sehingga ingin segera tidur.

Saat itu mas D tengah asyik bersandar di bahuku yang lagi baca buku, hmm waktu yang tepat tuk mendongeng. "Mas D, mau maman Dongengin?" tanyaku H2C. "No" jawab mas D tegas dan justru beranjak pergi menjauuh.

Tepok jidat, huft belum berhasil juga.

Malam itu mas D ga mau tak keloni, minta babok (baca: Bobok) ama Eyank dan kakung (sepertinya dia takut didongengin).

Kita cari cara lain Besok malam,, semangaat baru hari ke Du a

Berjuang mendongeng

Hmm...tantangan kali ini bikin muter otak pakai banget. Setelah sebelumnya gua banget,, yang ini kudu jadi gua banget.

Gimana ga, tantangan level 10 ini adalah aktivitas Emak melalui dongeng untuk membangun karakter Anak

Biasanya sich, mas D paling ogah didongengin, kali karena mamannya udah kelewat ceriwis ya sehari- hari? (Tutup muka pakai kelingking). Alhasil malam sebelum tidur dicobalah aksi hari pertama, seharian tadi kami nyusuri Lokasi bencana ah,, mau masukkin karakter pandai bersyukur.

Setelah sikat gigi bareng n ganti baju tidur malam itu aku memilih tidur dibawah bersama mas D.

Dimulailah dongengnya "mas D,, mau ga maman dongengin?" tanyaku penuh harap. "mau" jawab mas D sambil melepas gigitan tali gulingnya.

Seneng donk ya dapat angin segaaar. " mas D ingat ga nama kereta yang  bawa seragam tadi?" tanyaku mengawali dongengnya "Mili" jawab mas D masih cuek- cuek bebek. "Emily adalah sebuah kereta api Uap temannya Thomas. Saat di Pulau sodor ada pertandingan Sepakbola, setiap kereta dapat tugas. Thomas dapat tugas menjemput pemain, Edward dapat tugas...." belum selesai ngomong mas D dah motong. "No...no maman, babok" mas D menolakku untuk bercerita dan justru menarik tanganku ke kepalanya untuk ngelus elus. Ga sampai dua menit,, dah terdengar ngorok kecil di sampingku.

Walaah,, belum selesai ndongeng e...

Baiklah mungkin pemilihan waktunya kurang tepat. Kita coba lagi besok malam

be Kreatif

Ahai,, sesuai dengan Judul di atas kali ini kita akan cerita sedikit tentang bagaimana menjadi kreatif. ini sebenarnya judul buat Jurnal Fa...